GEJALA RUMAH KACA
Efek rumah kaca merupakan gejala
peningkatan suhu dipemukaan bumi yang terjadi karena meningkatnya kadar CO2
(karbon dioksida) di atmosfer. Gejala ini disebut efek rumah kaca karena
diumpamakan dengan fenomena yang terjadi di dalam rumah kaca. Pada rumah kaca,
sinar matahari dapat dengan mudah masuk ke dalamnya. Sebagian sinar matahari
tersebut digunakan oleh tumbuhan dan sebagian lagi dipantulkan kembali ke arah
kaca. Sinar yang dipantulkan ini tidak dapat keluar dari rumah kaca dan
mengalami pemantulan berulang-ulang. Energi yang dihasilkan meningkatkan suhu
rumah kaca sehingga rumah kaca menjadi panas.
Di bumi, radiasi panas yang berasal
dari matahari ke bumi diumpamakan seperti menembus dinding kaca rumah kaca.
Radiasi panas tersebut tidak diserap seluruhnya oleh bumi. Sebagian radiasi
dipantulkan oleh benda-benda yang berada di permukaan bumi ke ruang angkasa.
Radiasi panas yang dipantulkan kembali ke ruang angkasa merupakan radiasi infra
merah. Sebagian radiasi infra merah tersebut dapat diserap oleh gas penyerap
panas (disebut: gas rumah kaca). Gas penyerap panas yang paling penting di
atmosfer adalah H2O dan CO2. Seperti kaca dalam rumah kaca, H2O dan CO2 tidak
dapat menyerap seluruh radiasi infra merah sehingga sebagian radiasi tersebut
dipantulkan kembali ke bumi.
PENYEBAB UDARA PANAS
PADA SAAT MENDUNG
Ketika awan terlihat hitam
(mendung), terjadi proses perubahan uap air (gas) berubah menjadi air (cair).
Pada proses terjadinya mendung ini dilepaskan sejumlah panas (kalor) ke udara.
Awan yang berwarna hitam gelap (mendung) biasanya tidak terlalu tinggi
dibandingkan awan yang putih, sehingga semakin dekat jaraknya ke permukaan
bumi, efek panas yang dilepaskan semakin terasa. Kondisi ini akan lebih panas
jika sebelumnya matahari bersinar terik, sehingga panas yang kita rasakan
adalah akumulasi dari pelepasan energi dari perubahan fase uap air menjadi air
dan energi panas sisa yang dipancarkan bumi.
TEORI ASAL MULA
KEHIDUPAN DI BUMI
1.
Materialisme
Beberapa teori paling awal
mengenai kehidupan bersifat materialis, menyatakan bahwa semua yang ada adalah
materi, dan bahwa semua kehidupan pada dasarnya adalah bentuk atau pengaturan
yang kompleks dari materi. Empedokles (430 SM) berpendapat bahwa setiap hal di
alam semesta terdiri dari kombinasi empat "elemen" abadi atau
"akar dari semua": bumi, air, udara, dan api. Semua perubahan
dijelaskan oleh pengaturan dan penataan ulang dari empat elemen tersebut.
Berbagai bentuk kehidupan disebabkan oleh campuran yang tepat dari unsur-unsur.
Misalnya, pertumbuhan tanaman disebabkan oleh gerakan ke bawah secara alami
unsur bumi dan gerakan ke atas secara alami dari api.[35]
Demokritos (460 SM), murid
Leukippos, berpikir bahwa karakteristik penting dari kehidupan adalah memiliki
jiwa (psyche). Sama seperti dengan penulis kuno lainnya, ia juga menggunakan
istilah tersebut untuk mengartikan prinsip makhluk hidup yang menyebabkan
mereka berfungsi sebagai makhluk hidup. Dia berpikir bahwa jiwa terdiri dari
atom api, karena hubungan nyata antara hidup dan panas, dan karena api
bergerak.[36] Dia juga menyatakan bahwa manusia pada awalnya hidup seperti
binatang, secara bertahap mengembangkan masyarakat untuk membantu sesama,
memulai bahasa, dan mengembangkan kerajinan dan pertanian.[37] Dalam revolusi
ilmiah abad ke-17, ide-ide mekanistik dihidupkan kembali oleh filsuf seperti
René Descartes.
2.
Hylemorfisme
Hylemorfisme adalah teori
yang berasal dari Aristoteles (322 SM) yang menyatakan bahwa segala sesuatu
adalah kombinasi dari materi dan bentuk. Aristoteles adalah salah satu penulis
kuno pertama yang melakukan pendekatan pada subjek hidup dengan cara ilmiah.
Biologi adalah salah satu minat utamanya, dan terdapat bahan biologi yang
ekstensif dalam tulisan-tulisannya. Menurut dia, segala sesuatu di alam semesta
material memiliki unsur materi dan bentuk. Bentuk dari suatu makhluk hidup
adalah jiwanya (dalam bahasa Yunani, psyche , Latin anima). Menurut
Aristoteles, terdapat tiga macam jiwa, yaitu:[38]
"jiwa vegetatif" tanaman, yang
menyebabkan mereka untuk tumbuh dan membusuk dan memelihara diri mereka
sendiri, tetapi tidak menyebabkan gerakan dan sensasi
"jiwa hewan"
yang menyebabkan hewan untuk bergerak dan merasa;
jiwa rasional yang merupakan sumber kesadaran
dan penalaran yang (Aristoteles yakini) hanya ada pada manusia.
Setiap jiwa yang lebih
tinggi memiliki semua atribut dari jiwa yang lebih rendah. Aristoteles percaya
bahwa walau materi bisa ada tanpa forma, forma tidak bisa ada tanpa materi,
sehingga jiwa tidak bisa ada tanpa tubuh.[39]
3.
Vitalisme
Vitalisme adalah keyakinan
bahwa prinsip-kehidupan pada dasarnya tidak material. Gagasan ini berasal dari
Georg Ernst Stahl (abad ke-17), dan bertahan hingga pertengahan abad ke-19..
Vitalisme menjadi daya tarik bagi filsuf seperti Henri Bergson, Friedrich
Nietzsche, Wilhelm Dilthey, ahli anatomi seperti Marie François Xavier Bichat,
dan ahli kimia seperti Justus Liebig.
Vitalisme menyokong ide pemisahan
fundamental antara bahan organik dan anorganik, dan keyakinan bahwa materi
organik hanya dapat berasal dari makhluk hidup. Hal ini dibantah pada tahun
1828 ketika Friedrich Wöhler menyiapkan urea dari bahan anorganik.[40] Sintesis
Wöhler tersebut dianggap sebagai titik awal kimia organik modern. Hal tersebut
merupakan peristiwa bersejarah, karena untuk pertama kalinya suatu senyawa
organik yang dihasilkan dari reaktan anorganik.
Kemudian, Hermann von
Helmholtz, didahului oleh Julius Robert von Mayer, menunjukkan bahwa tidak ada
energi yang hilang dalam gerakan otot, yang menunjukkan bahwa tidak ada
"kekuatan vital" yang diperlukan untuk menggerakkannya. Pengamatan
empiris ini menyebabkan diabaikannya teori vitalistik dalam sains, meskipun
keyakinan ini tetap hidup dalam teori-teori non-ilmiah seperti homeopati, yang
menafsirkan bahwa berbagai penyakit disebabkan oleh gangguan pada kekuatan
vital atau kekuatan hidup.
Percobaan Miller-Urey dan
karya Sidney W. Fox yang menyatakan bahwa kondisi bumi yang primitif mungkin
lebih mendukung reaksi-reaksi kimia yang menyintesiskan sebagian asam amino dan
senyawa organik lainnya dari prekursor non-organik. Fosfolipid secara spontan
membentuk lipid bilayer, struktur dasar dari membran sel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar